Eceran atau disebut
pula ritel (bahasa Inggris: retail) adalah salah satu cara pemasaran produk
meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang secara langsung ke
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
Organisasi ataupun
seseorang yang menjalankan bisnis ini disebut pula sebagai pengecer. Pada
prakteknya pengecer melakukan pembelian barang ataupun produk dalam jumlah
besar dari produsen, ataupun pengimport baik secara langsung ataupun melalui
grosir, untuk kemudian dijual kembali dalam jumlah kecil.
1. RITEL DALAM BENTUK
TOKO
Fungsi Retail
Ritel merupakan tahap
akhir proses distribusi dengan dilakukannya pnjualan langsung pada konsumen
akhir. Dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor
dengan konsumen akhir, Retailer berperan sebagai penghimpun barang, took retail
sebagai sebaga temat rujukan. Ritail berperan sebagai penentu eksistensi barang
dari manufacture di pasar konsumsi.
2. RITEL DALAM BENTUK BUKAN TOKO
Untuk menemukan pola-pola
bisnis ritel secara e-commerce ( Amir Hartman dalam bukunya “Net-Ready”
(Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan E-Commerce sebagai
“suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada
transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium
pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B-to-B) maupun
antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. ), tentu saja harus
Mempelajari transformasi dari pola-pola penjualan retail secara fisik.
Permasalahan inti dalam
perdagangan retail mempunyai 4 elemen
1. Mendapatkan product
yang tepat,
2. harga yang tepat,
3. waktu yang tepat
4. Tempat yang tepat
Ada 4 pengacau dalam
retail bisnis menurut Joseph L.Bower dan Clayton M Pengacau pertama datang
dalam bentuk Departmen Stores.
Kelebihan Department
stores dibanding retail biasa adalah kecepatan perputaran barang dan mampu
menampilkan jumlah product yang sangat banyak dalam 1 store mereka. Department
Store rata memperoleh keuntungan 40 % setiap kali perputaran barangnya (
rata-rata 3 kali setahun),jadi mereka bisa memperoleh keuntngan 120 %/thn.
Pengacau kedua adalah Toko pemberi diskon Hampir sama dengan Toko pemberi
Diskon mereka bisa memberikan diskon s/d 23%/thn dan bisa sampai 5 kali
perputaran / tahunnya. Bisnis retail melalui internet belum bisa diukur secara
signifikan, tetapi Amazon.com mampu mendapat marjin 5%/tahun dengan perputaran
barang sebanyak 25 kali / tahun, hampir sebanding dengan marjin dari bisnis
retail secara fisik dengan Department stores dan Toko pemberi diskon. Toko
pemberi diskon pada akhirnya akan melawan sesama toko pemberi diskon yang lain,
karena toko retail biasa sudah bukan menjadi lawan mereka. Pengacau ketiga
datang dalam bentuk Bisnis ritel dalam bentuk Katalog Sasarannya adalah
konsumen yang berada di kedalaman pemukiman, ini juga yang disebut oleh
“Richard sears” sebagai rumah perbekalan paling murah didunia , dan
mengkompensasikan kekurangan pelayanan pribadi dengan jaminan uang kembali.
Katalog adalah dasar dari toserba online yang ada saat ini. Pengacau Keempat
dan terbesar yang sedang berlangsung saat ini adalah Online retail seperti yang
dilakukan pelaku bisnis online karena sama mendasarnya dengan tiga kekacauan
sebelumnya. Dari 3 pengacau sebelumnya Peretail Internet mampu mengemban 4
tugas besar semua pelaku retail sebelumnya, yaitu : Product, tempat, harga dan
waktu. Poduct ? semua product bagus dan baik dapat ditampilkan disitu Tempat ?
Web adalah toko yang sangat baik dan tidak ada satupun toko konvensional dapat
menandinginya. Harga ? Online retail adalah surga bagi Konsumen karena
penawaran yang sangat fleksibel tiada banding, dengan hanya marjin 5% saja
Amazon.com dapat memutar barangnya sebanyak 25 Kali /tahun. Waktu ? Dengan Toko
retail online berupa web, toko bisa buka 24 jam penuh 7 hari setiap waktu tanpa
perlu ada yang menjaga, sehingga transaksi dapat dilakukan anytime , anywhere.
Seiring waktu bisnis retail online mulai merubah strateginya dari generalis
( konsep department
store ) ke Spesialis, yaitu dengan hanya menawarkan product2 tertentu, misalnya
: sebuah web hanya menjual Buku ( online book stores ) dll. Akhir dari Resume
ini adalah bahwa bisnis retail konvensional dengan retail internet tetap harus
berhubungan, karena dalam kenyataannya bahwa seseorang yang membutuhkan sesuatu
barang dengan cepat pasti akan menuju mobilnya tanpa menuju komputernya.
3. RITEL WARALABA
Menurut John Naisbit
dalam bukunya yang berjudul Megatrends, mengatakan bahwa waralaba adalah konsep
marketing yang paling sukses dalam sejarah umat manusia. Menurutnya, di USA,
setiap 8 menit, lahir satu oulet waralaba. Konsep waralaba ini kemudian
merambah sampai ke Indonesia, dimana 10 tahun terakhir ini banyak bermunculan
pebisnis yang menawarkan konsep waralaba kepada masyarakat (calon investor).
Konsep baru ini menjadi topik hangat dikalangan dunia usaha dan media bisnis.
Akibatnya, semakin banyak orang yang tertarik untuk menamkan uangnya dengan
membeli waralaba atau sekedar lisensi bisnis atau paling tidak mengetahui lebih
detail bagaimana sistem waralaba itu sebenarnya, hal ini dapat dilihat dari
‘laris manisnya‘ buku-buku yang mengupas masalah waralaba atau franchise dan
tingginya minat pengunjung di acara pameran franchise.
Namun yang perlu
diketahui, bahwa ternyata tingkat kesuksesan waralaba di indonesia hanya
mencapai 60% saja, sedangkan di negei asalnya, Amerika mencapai 90%. Selain
itu, menurut Amir Karamoy, Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia yang juga
pemilik Konsultan AK & Partners, menyatakan bahwa terjadi perbedaan tingkat
kegagalan yang sangat mencolok antara waralaba lokal dibanding waralaba asing.
Tingkat kegagalan waralaba lokal berkisar antara 50-60%, sedangkan tingkat
kegagalan waralaba asing di Indonesia hanya berkisar 2% – 3 % saja.
Mengapa waralaba lokal
banyak yang berguguran? Kegagalan dalam sebuah bisnis waralaba bisa dari faktor
franchisor-nya atau dari franchisee-nya (investor) atau faktor akumulasi dari
kedua belah pihak. Untuk sisi franchisor, kadang karena bisnis yang dia tawarkan
belum terbukti menguntungkan, tapi sudah berani menawarkan konsep waralaba
kepada calon investor. Coba lihat di media cetak, banyak sekali iklan-iklan
yang menawarkan konsep kerja sama dalam bentuk “waralaba”, padahal belum tentu
bisnisnya sudah dapat dikatagorikan sebagai “waralaba/ franchise”, bisa jadi
hanya sekedar dalam bentuk “Pola Kemitraan/ Business Opportunity (BO)” atau
hanya sekedar penggunaan nama merek alias lisensi.
Peraturan
Pemerintah Tentang Waralaba
Beberapa faktor
penyebab kegagalan waralaba yang paling utama adalah kegagalan meraih target
penjualan yang memadai, hal ini biasanya karena tempat usaha yang kurang
strategis. Faktor-faktor lainnya antara lain adalah kurangnya support dari
penjual franchise kepada franchisee misalnya dalam dukungan promosi, manajemen
dan lain-lain sehingga terkesan franchisee berjalan sendirian, dan ada juga
yang mengatakan karena naiknya harga bahan baku dan inflasi yang berimbas pada
lemahnya daya beli masyarakat secara umum. Selain itu, faktor yang tak kalah
pentingnya adalah “mindset” franshisee/ pembeli waralaba yang berfikir bahwa
membeli waralaba itu artinya tinggal terima untung saja dan “terlalu
mengharapkan” franchisor yang bekerja, atau telalu berharap pada sistem yang
bekerja. Padahal seharusnya franchisee itu juga ikut kerja keras memajukan
garainya, dan mengawasi sistem apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak.
Apalagi jika bisnis yang dimasuki adalah bisis makanan yang itemnya banyak dan
sangat perlu diatur manajemen logistiknya, mengingat makanan hanya tahan
beberapa hari sebelum rusak. Jadi jangan sampai terbuang percuma.
Saat ini, yang paling
ramai bisnis yang di-franchise-kan adalah dibidang bisnis makanan, maklumlah,
karena makanan adalah merupakan kebutuhan paling pokok manusia, dan semua
manusia perlu makan. Oleh karena itulah bermunculan franchise yang bergerak
dibidang makanan ini, seperti yang berasal dari luar negeri antara lain :
McDonnald, KFC, Dunkin Donuts, dan lain-lain. Sedangkan yang dari lokal antara
lain : RedCrispy, Andrew Crepes, Bakmi Raos dan lain-lainnya. Selain franchise
yang produknya berupa makanan, juga ada franchise yang produknya berupa non
makanan dan jasa, misalnya dibidang pendidikan, pengantaran barang, salon,
busana dan lain-lain.
Waralaba
Jenis Usaha Waralaba
Bisnis waralaba merupakan bisnis yang semakin menjadi trend bisnis masa kini,
poluparitas bisnis dengan konsep waralaba dan pola kemitraan ini karena ada
pemikiran bahwa cukup dengan ongkang-ongkang kaki, mitra usaha bisa menikmati
laba yang menggiurkan. Bisnis waralaba tak selamanya membutuhkan modal besar.
Namun sekarang banyak sekali Peluang Usaha Waralaba lokal yg menawarkan paket
franchise dengan investasi yang kecil dengan keuntungan yg besar. Saat ini dgn
hanya bermodalkan 3 sampai 5 juta rupiah. Dengan semakin banyaknya minat
masyarakat terjun ke bisnis waralaba semakin besar pula perusahaan yang
menawarkan untuk bermitra dengan janji keuntungan yang lumayan.
Ada
beberapa jenis usaha waralaba yang mungkin bisa dijadikan rekomendasi bagi anda
yang mau membuka bisnis waralaba :
1. Jenis Usaha Waralaba
Sektor Makanan
Kebutuhan akan makanan
dan minuman menjadi harga mati setiap orang. Masyarakat yang tertarik terjun ke
bisnis makanan dan minuman bisa mencoba peluang di usaha es krim, yoghurt, fast-food,
atau makanan kecil seperti donat.
2. Jenis Usaha Waralaba
Sektor Ritel
Tawaran waralaba atau
kemitraan minimarket masih prospektif. Kebutuhan masyarakat akan barang sehari
hari turut menunjang perkembangan minimarket. Jangan heran, hampir di setiap
lokasi perumahan selalu bisa kita jumpai minimarket. Tak jarang, letaknya
saling berhimpitan.
3. Jenis Usaha Waralaba
Sektor Jasa
Peluang usaha yang
menarik di sektor ini misalnya bisnis jasa pencucian mobil dan motor, termasuk
di antaranya jasa cuci helm. Banyak pihak meyakini, pemulihan ekonomi Indonesia
akan mendongkrak pertumbuhan otomotif di Indonesia.
4. Jenis Usaha Waralaba
Sektor Farmasi
Ketergantungan masyarakat yang
begitu tinggi terhadap obat-obatan dan vitamin menjadi penyebab utamanya.
5. Jenis Usaha Waralaba Sektor Pendidikan
Sekarang ini banyak sekali
lembaga-lembaga pendidikan yang menawarkan les privat atau bimbingan belajar.
Sehingga jenis usaha ini bisa menunjang pendidikan di Indonesia.
Perbedaan
toko berwaralaba dengan toko independen
no
|
Waralaba
|
Non waralaba/independen
|
1
|
Toko retail yang dibangun atas
kontrak kerja,system bagi hasil antara terwaralaba. perikatan dimana salah satu pihak
diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari HAKI atau
pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa
|
Pengecer independent
adalah
pengecer yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
kemitraan dan tidak
dioperasikan sebagai bagian dari lembaga eceran yang lebih
besar. Tidak
mempunyai HAKI.
|
2.
|
Toko dengan skala besar, toko
pengecer yang besar dan memeiliki banyak jenis produk yang dijual.
|
toko dengan skala kecil, menjual
bermacam barang dan dimiliki seorang individu.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar