REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Walaupun menunjukkan peningkatan, tapi laju inflasi tahun 2010, mengalami tekanan cukup tinggi. Kondisi itu dipengaruhi oleh kondisi gangguan cuaca yang menyebabkan produk pertanian mengalami kegagalan.
Saat ini, tingkat inflasi berada pada posisi enam persen. “Sampai akhir tahun bisa tembus 6 persen, tapi bisa kurang sedikit dari angka itu,” kata Gubernur BI, Darmin Nasution, usai pelantikan dan serah terima jabatan pimpinan Bank Indonesia Bandung, Rabu (27/10).
Sebelumnya, Pimpinan BI Bandung yang baru Lucky Fathul Aziz Hadibrata resmi menjadi Pemimpin Bank Indonesia Bandung menggantikan Yang Ahmad Rizal. Acara pelantikan dan serah terima jabatan dihadiri Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution; Wagub Jabar, Dede Yusuf dan sejumlah musipidan serta pimpinan bank yang ada di Bandung.
Menurut Darmin, laju inflasi itu juga tergantung sejumlah faktor yang mempengaruhinya. Apalagi, masih ada waktu dua bulan kedepan sebelum akhir 2010. Dia menyontokan, soal kenaikan barang dan jasa, bahan makanan, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta lainnya. ‘Inflasinya sampai akhir tahun masih terjadi,” katanya.
Dikatakan Darmin, tingkat inflasi itu berdasarkan data yang dihimpun BPS dari 66 kota di Indonesia. Karenanya, kata dia, tingkat inflasi di Bandung pun akan mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia.
“Dan BI sangat berkepentingan untuk mengetahui tingkat inflasi di daerah agar tingkat perekonomian dapat terjaga. Kita ingin tingkat inflasi tak terlalu tinggi, tapi juga tidak terlalu jeblok,” katanya. Karena itu, Darmin berharap, pemimpin BI Bandung yang baru diharapkan mampu meneruskan dan meningkatkan kerja sama dengan pemda serta stakeholder yang ada di daerah ini.
Sementara menyinggung penguatan nilai rupiah yang kini berada di kisaran Rp 8.900 per dollar Amerika, Gubernur BI ini mengatakan, adalah tugas BI untuk mengendalikannya. Pengendalian itu diperlukan, ucap Darmin, agar nilai tukar rupiah tidak menyimpang dari fundamentalnya.
Pasalnya, kata dia, jika itu terjadi, maka akan mengganggu perekonomian Indonesia. “Karenanya, kita tetap menjaga rupiah tak menyimpang dari nilai fundamentalnya dalam kisaran Rp 8.900 hingga Rp 9.300 per dollar Amerika,” tutur Darmin. Dia mengatakan, penguatan nilai rupiah itu tak terlepas dari masuknya aliran dana asing yang makin besar.
Dalam kesempatan itu juga, Gubernur BI secara resmi me-launching Biro Informasi Kredit (BIK) BI yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh data debitur yang ada di seluruh Indonesia. BIK ini bisa diakses oleh siapa pun baik lembaga keuangan maupun non bank. BIK yang diresmikan di Bandung ini merupakan yang pertama di luar Jakarta.
Sumber:REPUBLIKA ONLINE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar